Selasa, 12 April 2011

Meditasi vs Zikir


Tulisan ini tidak bermaksud membedakan atau menilai mana yang benar. Tapi, tulisan ini adalah merupakan salah satu sudut pandang seseorang, yaitu aku. Jadi, untuk men-judge sesuatu tidak bisa dilakukan hanya berdasakan argument dalam tulisanku ini.



Okey. Sebenarnya aku coba menulis ini bukan karena sengaja. Namun karena pikiranku sendiri yang ingin menulis. Pencetusnya adalah tadi siang disaat aku membuka laci, dan tiba-tiba aku melihat majalah lamaku, Intisari-Mind, Body and Soul. Vol. 2 September 2008, yang membahas tentang meditasi.


Dulu, semenjak mengenal Meditasi melalui sebuah training yang aku ikuti, aku sering sekali melakukannya. Jujur, mamfaatnya sangat banyak. Mulai dari pengendalian emosi, stres, depresi. Perasaan sangat nyaman ketika menjalani kehidupan sepanjang hari. Aku selalu mengawali hari-hari dengan melakukan meditasi 10-15 menit setelah shalat subuh. Dan sepanjang hari itu akan benar-benar ringan terasa. Disaat marah, ya marah tapi tidak marah-marah. Maksdunya, aku keluarkan langsung setiap emosiku ketika marah. Semua unek-unek keluar, tetapi untuk marah sampai mencaci-maki, sampai-sampai tekanan darahpun tidak setabil, itu tidak ada. Setiap marah, keluarkan semua emosi dan habis itu selesai. Emosi sudah keluar semua ya udah puas. Dan tidak ada kelanjutan untuk dendam-dendaman. Tidak ada. Jadi, yang penting orang tau bahwa aku marah. Itu sudah cukup. Selesai marah ya tetap baikan, peace.


Banyak orang yang melakukan meditasi mengakui hal itu. Mamfaat lainnya adalah memperlancar peredaran darah, mendapatkan kebugaran, menjaga kesehatan, terlepas dari ketagihan norkoba, penyembuhan dan kata orang, juga untuk selalu tampil awek muda alias kulit tidak cepat keriput. He..he.. J


Namun, terkadang aku ragu dengan apa yang kulakukan itu. Maksudnya, apakah itu boleh dilakukan bagi orang muslim?. Aku mencari tahu jawabannya lewat berbagai sumber. Sebagian mengatakan boleh, sebagian lagi tidak dan sebagian lagi menganjurkan melakukan meditasi dengan metode zikir. Banyak lagi jawaban yang kudapat. Tetapi aku tidak tahu mana yang harus kupercayai.


Dan Alhamdulilah, Allah SWT mempertemukanku dengan seorang ulama. Bagi saya beliau adalah orang tua saya, kalau boleh dibilang orang tua spritual saya. Melalui beliau aku mengenal Zikir ini. Tepatnya zikir tasawuf.

Sebenarnya, aku memang tahu tentang zikir. Zikir dengan tahmid, tahlil, tasbih ataupun kalimah tayyibah. Orang sering melakukan zikir seperti ini sesudah shalat, biasanya. Sementara zikir tassawuf adalah zikir dengan metode tertentu, lengkap dengan kaifiat ataupun tata cara tertentu dan mempunyai tingkatannya. Zikir ini adalah zikir yang diamalkan oleh ulama-ulama sufi dan karomah mulai dari masa zaman dahulu sampai sekarang. Setiap orang yang ingin mengamalkannya, harus sudah diijazahkan terlebih dahulu.


Semenjak aku mengenal zikir ini, dan mengamalkan, alhamdulillah mamfaatnya banyak sekali yang kurasakan. Setiap orang biasanya berbeda pengalaman-pengalaman rohani yang dialami. Yang pastinya mamfaatnya lebih besar dari pada meditasi. Pendekatan diri pada Allah SWT, mempertebal iman akan yang ghaib, meraih keampunan, mempercepat doa terkabul, menambah sabar dan syukur dan banyak lagi sampai 99 mamfa’at.

Melalui tulisan ini, aku mengajak diriku sendiri untuk terus beramal. Dan wahai diriku!, habiskanlah hartamu di jalanNya, habiskanlah umurmu dijalanNya dan akhirilah hidupmu dijalanNya (husnul khatimah). Wahai diriku! Sudah cukup engkau melakukan dosa, sudah cukup! Wahai diriku! Tetaplah terus berada pada jalanNya. Wahai diriku! buanglah sifat riya’, ujub, takabur yang ada di hatimu! Segera!

Semoga tulisan ini bermamfaat buat diriku. Amin.

Minggu, 30 Mei 2010

Waktu lagi

Waktu terkadang berlalu dengan kecepatan yang sangat tinggi. Itu yang kurasa saat ini. Aku sungguh tak mengerti mengapa begitu jadinya. Saat-saat menikmati bulan May, tiba-tiba bulan Juni masuk. Begitu cepat terasa.

Begitulah waktu. Diriku pun masih berpikir bahwa waktu yang sangat cepat ini benar-benar tanpa disangka. Umurkupun bertambah dan terus bertambah, namun diriku tersadarkan dengan kecepatan waktu berlalu, rupanya masih banyak hal yang belum kuselesaikan saat ini. Patutkah kubertanya, apakah diriku ini terlalu malas atau kenapa tidak ada kegairahan untuk terus melaju berasama sang waktu. Aku sadar dan memang benar-benar sadar tetang sifat waktu. Terlalu banyak buku atau apapun yang pernah kubaca tentang makhluk tuhan bernama sang waktu. Tetapi kenapa diriku harus begini, terlalu terlena. Mungkin benar kalau diriku ini terlalu nyaman. Namun, kucoba mencari alasan yang tepat kenapa terlalu nyaman, tidak kutemukan. Aku mengaku memang benar-benar bersalah kepada diriku sendiri. Seharusnya aku sudah mempergunakan sang waktu yang diberikan tuhan dengan sebaik-baiknya.

Disaat satu waktu terlewat, aku tersadar kembali dan menyesal akan hal yang belum kuselesaikan. Aku benar-benar bersalah tidak mempergunakan sang waktu sebagai anugerahMu yang tak terhingga. Ya Allah, Apuni hambamu ini. Diriku ini memang manusia yang benar-benar dholim. Sangat dholim kurasa. Ya Allah Ya rabbi, Engkaulah yang maha kuat, engkaulah yang maha perkasa dengan kekuatanmua yang tiada tara yang mampu menjadikan apapun hanya dengan berucap ’kun’ maka jadilah. Ya Alllah ya tuhan kami, berikan kekuatan terbesarMu kepada kami untuk melawan segala keburukan hawa nafsu kami, ya Allah. Kami benar-benar sangat terpuruk tanpa pertolonganMu, tolonglah kami ya Allah. Kami benar-benar sangat terhina tanpa kemuliaan dariMu ya Allah, Muliakanlah kami ya Allah. Angkatlah kami ke derajat yang tertinggi di sisimu dan disisi ummatmu. Ya allah, tetap curahkan rahmat dan anugrah terbesarmu berupa waktu yang benar-benar bisa kami mamfaatkan untuk membahagiakan orang tua kami, keluarga kami dan kami mampu memberikan yang terbaik buat mereka ya Allah. Berikan kami kekuatan dan kelimpahan rezeki yang halal darimu ya Allah, berikan kami kemampuan untuk tetap terus beribadah kepadaMu dalam kondisi apapun dan lindungi kami dari berbagai malapetakan dan masukkanlah kami kedalam golongan orang-orang yang beriman ya Allah, ya Allah, jadikalah hidup dan mati kami dalam keadaan husnul khatimah ya allah. Terimalah amalan-amalan kami ya Allah. Ya allah, engkaulah yang menerima taubat kami, terimalah ya Allah. Amin ya rabbal ’alamin.

Thanks God for everything that I have in my life.

Rabu, 05 Mei 2010

Apa yang disemai, itu yang dipetik.

”Barang siapa yang memberikan syafa’at yang baik, nicaya ia akan memperoleh bagian daripadanya. Dan barang siapa yang memberi syafa’at yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian daripadanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-nisa: 85)


Alhamdulillah aku menemukan ayat ini tanpa sadar ketika membaca bukunya Ust. Yusuf Mansur dalam karyanya Buat apa susah? Segarkan hidupmu dengan percaya. Sebenarnya aku sering mendengar di berbagai training yang pernah kuikuti kalimat semacam, ”apa yang kamu lakukan, akan kembali padamu”, atau kalimat ”apa yang kamu semai, itu yang kamu petik”.


Kalimat terakhir ini benar-benar membuatku tersentuh. Yaitu kalimat yang kugunakan sebagai judul posting ini. Ini kalimat kudapatkan dalam bukunya Joe Vittale yang berjudul The Attraction Factor. Selain itu, kalimat semacam ini sering juga kudengar dari my young brother, Ichsan. Ia sering bilang, ”Semua perbuatan apakah itu buruk atau baik, akan kembali pada sipelaku”. Bahkan banyak juga kudengar dari orang lain. Namun, hari ini, alhamdulillah aku benar-benar percaya dan lebih percaya ketika kudapatkan bukti nyata dari Al-Qur’an langsung sebagai firman Allah SWT.


Itu adalah salah satu dalil yang bisa kugunakan untuk setiap kali melantukan kalimat, ”apa yang disemai, itu yang akan dipetik”. Ini ayat kutemukan tanpa sengaja ketika kubaca bukunya Ust. Yusuf Mansur ini. Diriku benar-benar tersentak, dan mau tidak mau harus kutandai ayat ini dengan stabilo warna biruku.

Dengan menemukan ayat ini, aku benar-benar yakin sampai saat ini (Alhamdulillah) bahwa itu PASTI terjadi. Artinya, apapun keburukan yang dilakukan, pasti akan kembali kepada sipelaku. Kalau tidak di dunia, ya pasti di akhirat. Begitu pula halnya dengan kebaikan. Kepercayaan yang benar-benar extra akan firmaNya dimulai saat kudapati satu ayat, kalau tidak salah bunyinya ”Innallaha La Yukhliful Mii’ad” (mohon dikoreksi). Aku lupa ayatnya surat apa. Yang artinya, Sesungguhnya Allah tidak pernah mengingkari janji-janjiNya. Dan hari ini kudapatkan satu lagi janji Allah SWT, yaitu, ”Apapun yang kamu lakukan, akan kembali padamu. Baik itu di dunia atau diakhirat”. Itu adalah janji Allah SWT dan sudah tentu pasti. Karena yang kutahu. Janji manusia tak bertepi, sementara janjiNya Allah sudah tentu pasti.


Pencerahan tentang janji Allah ini, kudapatkan dari bukunya Aa Gym dengan judul Dahsyatnya Do’a. Sebenarnya, aku sudah tahu akan penjelasan tentang kepastian janji Allah itu. Namun, diriku begitu tertampar lagi ketika membaca bukunya beliau dengan penjelasan yang sangat masuk akal dan betul-betul mengalir ke relung hatiku.


Tulisan ini hanyalah sekadar sharing dari apa yang kurasa dan yang kupirkan saat ini. Aku bukanlah seorang ulama besar yang jago ceramah, tapi aku hanyalah manusia aneh yang masih kotor dengan dosa-dosaku. Dan sampai saat ini, aku tetap masih membutuhkan bimbingan dari siapapun untuk tetap terus menjadi yang terbaik di hadapan Sang Khalik dan terus bermamfaat bagi banyak orang.